Animator Avengers dari Indonesia, siapakah dia?
Perempuan berkulit putih dan berkaca mata ini lahir di Lampung. Ia besar di ibu kota provinsi tersebut sejak lahir di tahun 1980. Ia tumbuh besar di tengah keluarganya yang kebanyakan memilih karier di bidang usaha.
Sejak kecil sebenarnya Rini tidak terlalu gemar dan pandai menggambar, ia hanya menyukai kegiatan membaca komik. Tokoh kartun Tintin adalah salah satu favoritnya. Dan film animasi Tintin ini jugalah yang nantinya menjadi garapan awal karier internasionalnya.
Kehidupan Awal
Saat duduk di bangku sekolah menengah atas, ia sudah memilih
keluar dari Lampung dan melanjutkan di Kota Bogor. Dari sini, ia lanjut kuliah
di Universitas Parahyangan Bandung dengan mengambil Program Studi Teknik
Arsitektur.
Menjelang kelulusan, Rini diharuskan menguasai teknik
menggambar secara 3D untuk mempresentasikan hasil karya skripsinya. Inilah
cikal bakalnya memasuki dunia animasi.
Menyadari hal tersebut, Rini pun tsk tanggung-tanggung dalam mengejar ilmu. Ia memilih Amerika Serikat untuk menimba ilmu di Academy of Art Unifersity. Ia sampai melanjutkan ke jenjang S2 dam sempat bimbang mengenai profesi animator yang akan dijalaninya nanti.
Namun dengan dukungan dan sikap pantang menyerah, ia pun terus memasuki dunia ini dengan mulai bekerja sebagai animator.
Perjalanan Karier
Sebelum menapaki kesuksesan sebagai animator film The Avengers, Rini terlebih dahulu merangkak karier dari bawah. Asam garam pun dilaluinya selama meniti karier di Amerika Serikat.
Dari mulai bekerja sebagai tukang fotocopi di sebuah studio, sampai magang selama satu tahun di studio lain. Akhirnya pada tahun 2007, ia bekerja membuat game-game sinematik dengan keahlian animasinya. Salah satu game ciptaannya bernama Halo Wars.
Kesempatan emas datang di tahun 2010. WETA Digital membuka lowongan animator dalam proyek film The Adventures of Tintin: Secret of The Unicorn. Rini pun berhasil mendapatkan tawaran itu, dan bertindak sebagai animator dalam film tersebut dengan total menciptakan 70 shot. Ini adalah yang terbanyak dari animator lain di proyek film tersebut.
Ternyata di WETA Digital tersebut bukan hanya Rini yang berasal dari Indonesia. Meskipun di bagian animasi hanya ia seorang, tapi orang Indonesia ada juga yang terlibat di departemen lain, seperti Pipeline, FX, dan Rotoscape.Hal ini diakuinya sebagai hal yang luar biasa mengingat perusahaan digital tersebut juga memiliki skala internasional.
Setelah proyek film Tintin, Rini pun mendapatkan tawaran untuk menggarap animasi beberapa film terkenal lainnya. Sebut saja The Avengers: Age of Ultron, Hunger Games: Cathing Fire, Iron Man 3, Teenage Mutant Ninja Turtle, Hobbit seri pertama dan kedua, juga Ted. Semuanya termasuk film yang sukses di pasaran internasional.
Menurutnya, kunci kesuksesan dalam dunia animasi internasional adalah ketelitian, keuletan, serta kesabaran. Karena berbeda dengan adegan manusia, pada film kartun animasi, tidak mudah membuat sebuah pergerakan yang sederhana sekalipun, seperti gerakan menoleh. Dibutuhkan banyak waktu dan detail yang harus diperhatikan.
Ke depannya, semoga Indonesia bisa lebih baik lagi dalam berkarier di bidang animasi berskala internasional. Tentunya bukan hal yang mudah. Dibutuhkan juga manajemen waktu yang baik, pantang menyerah, serta biaya yang tidak sedikit.
Namun, jika ada kemauan pasti ada jalan. Seorang Rini Sugianto sudah membuktikannya sendiri.
Sumber:
https://www.bloopanimation.com/3d-animator/
Komentar
Posting Komentar